Jumat, 29 April 2011

Training Jurnalistik dan Falak

Training Jurnalistik dan Administrasi pada Sabtu Pon, 20 Rabi'ul Akhir 1432 H/26 Maret 2011 M di Gedung Serbaguna Raudhatul Jannah Perum Bank Niaga, dan Pelatihan Falak di samping rumah Dr. H. Izzuddin, M. Ag pada Ahad Kliwon, 13 Jumadil Awwal 1432 H/17 April 2011 M merupakan dua agenda yang telah terlaksana.

By: Admin

Saya Bukan Pakar Tapi "Pekir"

Majalah Arwaniyyah
“Waduh saya belum mandi mas”, kelakar bapak dua anak sehabis mengajari beberapa siswahttp://www.blogger.com/img/blank.gif di kediamannya untuk belajar kaligrafi arab, ketika menyambut kedatangan kru Arwaniyyah. Sebagai seorang yang didedikasikan masyarakat sebagai pakar kaligrafi, tentunya bukanlah hal yang mudah untuk mencapainya. Terlebih lagi untuk menjaga dan mengembangkan penghargaan itu.

Terbukti beliau yang kebetulan mendapat anugerah Allah lewat talenta menulis halus ini, mendirikan Lembaga Kaligrafi Kudus yang sampai saat ini masih bertahan dan semakin berkembang, dengan jumlah siswa lebih dari 120 orang, baik di tingkat anak-anak maupun remaja. Namun menanggapi masalah penganugerahan tersebut, Juara Kaligrafi tingkat Nasional ini tidak mau membesar-besarkannya. Sehingga laki-laki yang lebih menjunjung tinggi nilai kesederhanaan ini lebih nyaman di sebut “Pekir”(mlarat) dari pada pakar, tegasnya.

Sebelum menekuni bidang kaligrafi arab, laki-laki yang diberi nama M. Noor Aufa Siddiq pernah menekuni jalur tilawah sampai pada tahun 1977. Setelah itu, beliau lebih menitik beratkan konsentrasinya pada dunia kaligrafi. Putra dari pasangan Sjoehoed Siddiq dan Badriyati dan pengasuh Lembaga Kaligrafi Kudus, mengaku belajar kaligrafi secara autodidak, dengan mencermati kaidah-kaidah yang ada serta mencoba mengevaluasi sendiri karya-karya orang lain sebagai referensi sebelum berkarya. Keseriusan dan ketekunannya dalam berlatih, membuahkan hasil yang gemilang. Pada masa-masa akhir 1980-an namanya mulai dikenal pada kancah nasional. Hingga pada akhirnya, keluwesannya dalam menggoreskan tulisan-tulisan arab, melambungkan namanya di event-event internasional.

Kesederhanaan dan ketelatenan, membuat pengarang Buku Pedoman Tahsinul Khot, tidak lupa dengan masyarakat awam. Meski nama dan prestasi yang melambung, ayah Yazid Husain ini, tetap mengabdikan diri untuk mendampingi para pemula yang ingin belajar seni kaligrafi di kota kelahirannya. Sebuah wadah untuk ngangsu kaweruh kaligrafi beliau dirikan di lingkungan rumahnya, sekitar tahun 1983 atas dorongan beberapa rekan seprofesinya.

Awalnya hanya privat, namun mengingat semakin banyaknya peserta yang belajar, untuk efektifitas waktu, beliau membuka lembaga pendidikan Kaligrafi. Dari lembaga ini sudah banyak menelurkan ahli-ahli dalam bidang seni kaligrafi di tingkat daerah maupun nasional.

Disamping menggeluti dunia seni kaligrafi, salah satu penulis Mushaf Raksasa ini juga mempunyai pekerjaan yang tak jauh dari talentanya, yaitu mendapat kepercayaan untuk menulis kitab-kitab. Adapun pengalaman batin yang sangat menarik ketika menekuni profesi sebagai penulis kitab adalah, beliau mendapat kesempatan belajar pada kitab tersebut, sebelum orang lain mempelajarinya. Profesi ini sudah beliau geluti sejak lama, mulai sekitar 1970-an dengan menulis di percetakan-percetakan yang ada di sekitarnya hingga sampai ke daerah Surabaya.

Semakin tinggi sebuah pohon, maka semakin besar angin menerpa. Ujian pun datang pada saat Aufa (panggilan akrab Noor Aufa Shiddiq) mengendarai sepeda motor. Pada insiden tersebut, beliau berusaha menyelamatkan keutuhan tangan kanannya dan mengorbankan anggota tubuh lainnya. Hal ini dilakukan karena rasa cinta dan sayangnya atas anugrah Allah yang turun pada tangan kanannya. Bukan hanya itu, cobaan yang bersifat moral juga sering beliau alami, pada saat mengikuti lomba tak jarang terjadi kedzaliman-kedzaliman yang menimpanya. Namun hal ini tidak membuat beliau patah arang, karena beliau memegang prinsip menang bukan selamanya pemenang.

Secara arif juga, beliau memandang masalah materi (kekayaan yang berupa harta benda), tidak menjamin hidup jadi tentram. Kekayaan sejati adalah ilmu. Baginya, ilmu mampu membekali orang lain untuk menjadi kaya. “Dengan ilmu orang akan menjadi maju, dengan seni hidup menjadi indah. Dan keindahan hidup adalah cerminan dari ketentraman batin yang menjadi harapan setiap manusia,” tambahnya mengakhiri pembicaraan.
PROFILE
Nama : H. M. Noor Aufa Shiddiqhttp://www.blogger.com/img/blank.gif
Tempat/Tgl. Lahir : Kudus 22 April 1957
Alamat : Langgar Dalem 21 Kudus
Pekerjaan : Guru
Istri : Noor Umamah
Ayah : Sjoehoed Siddiq
Ibu : Badriyati
Anak : Yazid Husni
Nila Sofiana
Pendidikan : SLTA
Organisasi :
1. Asosiasi Kaligrafi Internasional
2. Pengurus Cabang Nu Kabupaten Kudus
3. Dewan Hakim Tahsinul Khath Tk Nasional
4. Pembina Kaligrafi Prop. Jawa Tengah
Prestasi :http://www.blogger.com/img/blank.gif
1. Juara Nasional Tahun 1988 di Bandar Lampung
2. Juara Festival Istiqlal I tahun 1991 di Jakarta
3. Juara Festival Istiqlal II tahun 1995 di Jakarta
4. Juara Tingkat Asia tahun 1992, 1994, 1996 di Brunei Darussalam
Karya :
1. Ornamen-ornamen hiasan kaligrafi di Masjid Agung Kudus
2. Ornamen-ornamen hiasan kaligrafi di Masjid Agung Jawa Tengah
3. Ornamen-ornamen hiasan kaligrafi di Masjid Agung Baiturrahman
4. Buku Pedoman Tahsinul Khath
5. Mushaf Raksasa
Motto Hidup : “Dengan seni hidup ini semakin indah”
Hobby : Nulis Kitab.

By: Admin

Kamis, 07 April 2011

Training Jurnalistik dan Administrasi

Di pagi yang sedikit mendung ada beberapa panitia sedang menyiapkan acara KMKS. Di sebelah utara Musholla Raudhatul Jannah, acara pada hari itu akan dilaksanakan. Sabtu Pon, 20 Rabi’ul Akhir 1432 H/26 Maret 2011 M tepatnya, Training Jurnalistik dan Administrasi dilaksanakan. “Acara ini merupakan program kerja dari Departemen Pengkaderan”, kata Husnut Tahhari selaku ketua Panitia Pelaksana acara ini. Dengan peserta dari pengurus dan sedulur KMKS sendiri serta undangan dari organisasi daerah lain turut memeriahkan acara tersebut.

Sekitar 30 orang mengikuti pelatihan dengan antusias. Bertempat di gedung serbaguna Madin Raudhatul Jannah Perum Bank Niaga, acara pun dimulai pukul 09.30 WIB. “Tidak semua orang dapat menulis. Menulis merupakan hal yang dapat kita banggakan di kemudian hari”, tutur pembina KMKS, Hj. Arikhah, M. Ag dalam sambutannya pagi itu.
Acara yang diketuai oleh Husnut Thahhari itu terbagi dalam empat materi. Yang pertama adalah Jurnalistik yang disampaikan oleh Ammar Mahmud, S. Th. I pukul 09.15-10.45. Lulusan Fakultas Ushuluddin Program Khusus (FUPK) tahun 2010 itu menyampaikan seputar dunia jurnalistik dengan kilau yang memukau peserta. Dimulai dengan berita, essay, opini, artikel, puisi, resensi, cerpen serta diakhiri dengan teknik wawancara.
Setelah itu disambung lagi dengan Layout dan Desain Grafis oleh M. Rikza Muqtada pukul 10.45-11.45. Didalamnya mencakup layout buletin, majalah dan lain-lain serta desain grafis pamflet, MMT, spanduk dan brosur. Setelah itu dilanjutkan dengan istirahat, sholat dan makan.

Pukul 13.00 WIB adalah materi Surat-Menyurat, LPJ dan Keadministrasian KMKS yang disampaikan oleh Sekretaris Umum KMKS, Nila Chusniya. Tentang penomoran surat, hal, pembuka, isi, penutup, letak tandatangan dan stempel dan format LPJ adalah bagian dari materi ini. Setelah selesai dengan beberapa pertanyaan dari peserta, kemudian materi ini ditutup pukul 13.45 WIB. Setelah itu, materi terakhir adalah Proposal yang disampaikan M. Akmaluddin. Segala yang menyangkut teknis dan mekanisme proposal dibahas didalamnya.

Pukul 14.30 adalah Follow Up Planning pelatihan ini, dengan pembentukan dua kelompok buletin. Kelompok pertama diketuai oleh Rofiqoh Rahmawati dan kelompok kedua diketuai oleh M. Khoirul Fatihin.

Esoknya, Ahad Wage, 21 Rabi’ul Akhir 1432 H/27 Maret 2011 M adalah realisasi dari program kerja Departemen Olahraga dan Bakat Minat, yaitu jalan pagi bersama. “Jalan pagi kali ini didominasi angkatan 2009 dan 2010. Ini dikarenakan banyak angkatan 2008 memiliki agenda tersendiri di rumah (pulang Kudus, red) sehingga mereka tidak bisa mengikuti acara ini”, terang Ricky Rahman, ketua umum KMKS.

By: Admin