Senin, 31 Januari 2011

Malam Rabu Wekasan Shafar 1432 H

Malam Rabu Wekasan jatuh pada Rabu terakhir bulan Shafar, tepatnya pada Malam Rabu Legi, 28 Shafar 1432 H (1 Februari 2011 M). Konon, para auliya Allah yang mempunyai Pengetahuan Spiritual telah menandai bahwa setiap tahun, 320 ribu cobaan jatuh ke bumi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. Hari ini dianggap sebagai hari yang sangat berat dibandingkan hari-hari lain sepanjang tahun. Beberapa ulama mengatakan bahwa ayat Alquran, “Yawma Nahsin Mustamir [Al Qamar: 19] ” yakni “Hari berlanjutnya pertanda buruk” merujuk pada hari ini. Apa yang Anda pikirkan?.

Adapun amalan dan doanya adalah: barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (Nawafil, sunnah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali; lalu setelah salam membaca do’a di bawah ini, maka Allah dengan Kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.

Doa tersebut adalah:

Bismilaahir rahmaanir rahim. Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihaal yaa ‘aziizu ya man dzallat li’izzatika jamii’u khalqika ikfinii min syarri jamii’i khalqika yaa muhsinu yaa mutajammilu yaa mutafadh-dhilu yaa mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illa anta bi rahmatika yaa arhamar raahimiin

Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii min syarri haadzal yawma wa maa yanzilu fiihi yaa kaafiiyal muhimmaati ya daafi'al baliyyaati fasayakfiyukahumullaahu wa huwas-samii’ul ‘aliim. Wa hasbunallaahu wa ni’mal wakiilu wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wa shallallaahu ta’aalaa ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Adapun Al Albany berkata, “Sesungguhnya Allah menurunkan bala bencana pada akhir Rabu bulan Shafar (Wekasan) antara langit dan bumi. Bala bencana itu diambil oleh malaikat yang ditugaskan untuknya dan diserahkannya kepada Wali Qutub al-Ghawts, lalu wali tersebut yang membagi-bagikannya ke seluruh alam semesta; maka apa yang terjadi di muka bumi ini, baik kematian, musibah atau kesulitan dan sebagainya adalah bagian dari bala bencana yang dibagi-bagikan oleh Wali Qutub tersebut. Barang siapa yang menginginkan keselamatan dari hal-hal tersebut, hendaklah ia melakukan shalat 6 rakaat, di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca ayatul Kursi dan surat al-Ikhlash. Kemudian dilanjutkan dengan shalawat atas Nabi saw dan membaca do’a berikut:

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Allaahumma innii as-aluka bi asmaa-ikal husnaa wa bikalimatikat-tammaati wa bi hurmati nabiyyika muhammadin shallallaahu ‘alayhi wa aalihii wa sallama an tahfazhanii wa antu’aa fiyanii min balaa-ika/Yaa daafi’al balaayaa/yaa mufarrijal hamm/yaa kasyifal ghamm/ iksyif ‘anni maa kutiba ‘alayya fii hadzihis-sanati min hammin aw gham/innaka ‘alaa kulli syay-in qadiir/wa shallalaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallama tasliima..

By: Admin

Kamis, 27 Januari 2011

NAGRI CARTA BHAKTI



TENTANG KUDUS
Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 Ha/425,17 km² atau sekitar 1,31 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah. 48,40% merupakan lahan sawah dan 51,60% adalah bukan sawah. Letak Kabupaten Kudus antara 110 36' dan 110 50' BT dan antara 6 51' dan 7 16' LS. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 16 km dan dari utara ke selatan 22 km. Batas Kabupaten Kudus:
• Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Pati
• Sebelah Timur : Kabupaten Pati
• Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Pati
• Sebelah Barat : Kabupaten Demak dan Jepara
Secara administratif, Kabupaten Kudus terbagi dalam 9 kecamatan (Kota, Jati, Jekulo, Bae, Dawe, Kaliwungu, Gebog, Mejobo dan Undaan), 123 desa, 9 kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu sekitar 8.584 Ha (20,19 %) sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kota seluas 1.047 Ha (2,46 %) dari luas Kabupaten Kudus.

Potensi Kabupaten Kudus
Kudus merupakan daerah industri dan perdagangan, dimana sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. Industri yang terdapat di Kabupaten Kudus beragam macamnya. Jiwa dan semangat wirausaha masyarakat diakui ulet, semboyan jigang (ngaji dagang) yang dimiliki masyarakat mengungkapkan karakter dimana disamping menjalankan usaha ekonomi juga mengutamakan mencari ilmu. Dilihat dari peluang investasi bidang pariwisata, di Kabupaten Kudus terdapat beberapa potensi yang bisa dikembangkan baik itu wisata alam, wisata budaya maupun wisata religi. Bidang agrobisnis juga ikut memberikan citra pertanian Kudus. Jeruk Pamelo dan Duku Sumber merupakan buah lokal yang tidak mau kalah bersaing dengan daerah lain. Dalam hal seni dan budaya, Kudus mempunyai ciri khas yang membedakan Kudus dengan daerah lain. Diantaranya adalah seni arsitektur rumah adat Kudus, kekhasan produk bordir dan gebyok Kudus. Dengan kondisi geografis terletak pada persimpangan jalur transportasi utama Jakarta-Semarang-Surabaya dan Jepara-Grobogan, Kabupaten Kudus merupakan wilayah yang sangat strategis dan cepat berkembang serta memiliki peran utama sebagai pusat aktivitas ekonomi.

SEJARAH KUDUS

Asal Usul Nama
Sejarah Kota Kudus tidak terlepas dari Sunan Kudus. Karena keahlian dan ilmunya, maka Sunan Kudus diberi tugas memimpin para Jamaah Haji, sehingga beliau mendapat gelar “Amir Haji” yang artinya orang yang menguasai urusan para Jama’ah Haji. Beliau pernah menetap di Baitul Maqdis untuk belajar agama Islam. Ketika itu disana sedang berjangkit wabah penyakit, sehingga banyak orang yang mati. Berkat usaha Ja’far Shadiq, wabah tersebut dapat diberantas. Atas jasa-jasanya, maka Amir di Palestina memberikan hadiah berupa Ijazah Wilayah, yaitu pemberian wewenang menguasai suatu daerah di Palestina. Pemberian wewenang tersebut tertulis pada batu yang ditulis dengan huruf Arab kuno, dan sekarang masih utuh terdapat di atas Mihrab Masjid Menara Kudus.

Peran Sunan Kudus
Sunan Kudus memohon kepada Amir Palestina yang sekaligus sebagai gurunya untuk memindahkan wewenang wilayah tersebut ke pulau Jawa. Permohonan tersebut dapat disetujui dan Ja’far Shadiq pulang ke Jawa. Setelah pulang, Ja’far Shadiq mendirikan Masjid di daerah Kudus pada tahun 1956 H atau 1548 M. Semula diberi nama Al Manar atau Masjid Al Aqsha, meniru nama Masjid di Yerussalem yang bernama Masjidil Aqsha. Kota Yerussalem juga disebut Baitul Maqdis atau Al-Quds. Dari kata Al-Quds tersebut kemudian lahir kata Kudus, yang kemudian digunakan untuk nama kota Kudus sekarang. Sebelumnya mungkin bernama Loram, dan nama ini masih dipakai sebagai nama Desa Loram Kecamatan Jati sampai sekarang. Masjid buatan Sunan Kudus tersebut dikenal dengan nama masjid Menara di Kauman Kulon. Sejak Sunan Kudus bertempat tinggal di daerah itu, jumlah kaum muslimin makin bertambah sehingga daerah disekitar Masjid diberi nama Kauman, yang berarti tempat tinggal kaum muslimin.

Cerita Rakyat.....
Ada cerita rakyat di Kudus tentang apa sebab masyarakat Kudus sampai sekarang tidak menyembelih sapi?. Sebelum kedatangan Islam, daerah Kudus dan sekitarnya merupakan Pusat Agama Hindu. Dahulu Sunan Kudus ketika dahaga pernah ditolong oleh seorang pendeta Hindu dengan diberi air susu sapi. Maka sebagai rasa terima kasih, Sunan Kudus waktu itu melarang menyembelih binatang sapi dimana dalam agama Hindu, sapi merupakan hewan yang dimuliakan.

Hari Jadi Kota Kudus....
Hari Jadi Kota Kudus di tetapkan pada tanggal 23 September 1549 M dan diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA) No. 11 tahun 1990 tentang Hari Jadi Kudus yang di terbitkan tanggal 6 Juli 1990 yaitu pada era Bupati Kolonel Soedarsono. Hari jadi Kota Kudus dirayakan dengan parade, upacara, tasyakkuran dan beberapa kegiatan di Al Aqsa/Masjid Menara yang dilanjutkan dengan ritual keagamaan seperti doa bersama dan tahlil.

KOTA WALI

Sunan Kudus....
Sunan Kudus atau Syeh Ja'far Shadiq adalah seorang yang tidak hanya merupakan senopati di Kerajaan Demak Bintaro namun juga ahli hukum agama Islam. Pada waktu itu suasana di Kudus banyak terdapat kedhaliman. Banyak masyarakat yang suka foya-foya, judi, mabuk-mabukan dll. Hal tersebut membuat Sunan Kudus risau dapatkah orang-orang yang dhalim itu disadarkan. Akhirnya melalui dakwah, Sunan Kudus berhasil mengajak mereka memeluk agama Islam.
Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq adalah putra dari Raden Usman Haji. Sunan Kudus ahli di dalam ilmu agama, pemerintahan dan kesusasteraan. Tidak heran jika beliau menduduki jabatan-jabatan penting. Di dalam menyebarkan agama Islam, beliau menggunakan cara-cara yang sangat bijaksana, melihat situasi dan kondisi masyarakat setempat. Ini terbukti dari:
Bangunan Masjid dan Menara Kudus disesuaikan dengan seni bangun atau arsitektur Hindu. Ini akan memberikan kesan bahwa agama yang dibawa oleh Sunan Kudus sama dengan agama Hindu. Jadi masyarakat tidak terkejut atau menolak.
• Masyarakat Hindu menganggap bahwa sapi atau lembu adalah binatang suci yang tidak boleh diganggu. Sunan Kudus juga memerintahkan kepada masyarakat supaya jangan menyembelih lembu. Jika ini terjadi, maka masyarakat akan marah, sebab binatang kesayangannya diganggu.
• Lubang pancuran yang berjumlah delapan buah dan berbentuk kepala arca. Angka delapan ini menurut orang Buddha diartikan delapan jalan kebenaran.
Sunan Kudus selain terkenal sebagai seorang wali, ahli dalam bidang agama, pemerintahan dan kesusasteraan, beliau juga dikenal sebagai pedagang yang kaya. Beliau mendapat gelar Waliyyul Ilmi, sehingga beliau diangkat sebagai penghulu (Qodi) di kerajaan Demak.

Sunan Muria....
Tentang nama Muria, berasal dari nama bukit yang bernama Marwah yang diberikan oleh Amir Haj (R. Umar Said) untuk menyebut daerah yang didiami sebagai tempat da’wahnya yaitu di daerah Kudus sebelah utara. Oleh masyarakat setempat Marwah diucapkan dengan Muria sampai sekarang. Nama Muria dipakai sebagai nama salah satu gunung yang semula bernama gunung Gundul atau Gundil. Sebelum Sunan Muria datang di daerah tersebut, nama daerah itu adalah Muriapada. Adapula yang berpendapat bahwa nama Muria berasal dari kata “Mulia” sebab daerah tersebut didiami oleh seorang alim, seorang wali yang mulia.
Raden Umar Syaid, atau Raden Said dikenal dengan sebutan Sunan Muria, adalah termasuk salah seorang dari kesembilan wali yang terkenal di Jawa. Nama kecilnya ialah Raden Prawoto. Beliau adalah putra dengan Sunan Kalijaga dengan Dewi Soejinah putri Sunan Ngudung. Jadi, kakak dari Sunan Kudus.
Sebagai anggota dari Walisongo, beliau bertugas menyiarkan agama Islam didaerah Jawa Tengah bagian utara. Sesuai dengan sifatnya yang sederhana, kurang tertarik kepada masalah-masalah politik, maka beliau lebih senang bertugas di desa-desa/daerah pegunungan. Tugas tersebut sangat berhasil. Beliau bergaul langsung dengan pedagang, nelayan dan rakyat jelata.
Dengan melalui ceramah-ceramah, kursus-kursus, sarasehan dsb, ajaran yang di sampaikan dengan mudah diterima masyarakat. Dalam berda’wah, Sunan Muria cenderung kepada Ilmu Tasawwuf. Cara berda’wah sangat bijaksana. Kebudayaan Jawa tidak ditinggalkan, bahkan beliau menciptakan lagu-lagu Jawa, antara lain Macapat, Kinanti, Sinom dsb. Dalam strategi da’wah, beliau menitikberatkan pada pembinaan mental masyarakat. Perjuangan yang bersifat physic dan politik tidak pernah dilakukan.

MENARA KUDUS

Menara Kudus adalah bangunan tua yang terbuat dari batu bata merah berbentuk Menara yang merupakan hasil akulturasi kebudayaan Hindu-Jawa dan Islam. Menara Kudus bukanlah bangunan bekas Candi Hindu melainkan menara yang dibangun pada zaman kewalian/masa transisi dari akhir Kerajaan Majapahit beralih ke zaman Kerajaan Islam Demak. Bentuk konstruksi dan gaya arsitektur Menara Kudus mirip dengan candi-candi Jawa Timur di era Majapahit sampai Singosari misalnya Candi Jago yang menyerupai menara Kulkul di Bali. Menara Kudus menjadi simbol “Islam Toleran” yang berarti Sunan Kudus menyebarluaskan agama Islam di Kudus dengan tetap menghormati pemeluk agama Hindu-Jawa yang dianut masyarakat setempat.
Kapan Menara Kudus dibangun? Diperkirakan Menara Kudus ini berasal dari abad 16, dibangun oleh Syeh Ja’far Shadiq (Sunan Kudus, salah seorang dari Wali Songo). Ditiang atap Menara terdapat sebuah candrasengkala yang berbunyi "Gapura rusak ewahing jagad". Menurut Prof. DR RM Soetjipto Wirjosoepano, candrasengkala ini menunjukkan Gapuro (6), Rusak (0), Ewah (6) dan Jagad (1) yang di dalam bahasa jawa dibaca dari belakang sehingga menjadi 1609 yang bermakna Menara dibangun pada tahun Jawa 1609 atau 1685 M.

KRETEK KUDUS

Sejarah M Nitisemito
Perkembangan rokok kretek di Kudus tidak terlepas dari peran M. Nitisemito. M. Nitisemito adalah pemuda yang cerdas, ulet dan taqarrub, mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Sifat-sifat inilah terutama yang kelak membawa dirinya ke puncak ketenaran, sebagai seorang Raja Kretek. Sebelum memproduksi rokok, Niti Semito adalah carik Kampung Djanggalan, kemudian berniaga di Mojokerto dan akhirnya kembali ke Kudus berdagang batik dan membuka warung di rumahnya (Jl Sunan Kudus 120), yang menyediakan selain kebutuhan hidup sehari-hari juga bahan baku rokok kretek yaitu tembakau, klobot (daun jagung) dan jinggo/benang. Menjelang tahun 1905, karena rokok kretek buatannya dikenal sangat enak, maka Niti Semito membuat rokok kretek berdasarkan pesanan sahabat-sahabatnya.



Berkembangnya Produksi Rokok
Awal tahun 1914 industri rokok kretek dari industri besar melonjak menjadi industri raksasa yang melibatkan ribuan tenaga kerja. Kesuksesan yang diraih M. Niti Semito ini kemudian banyak ditiru orang, sehingga antara tahun 1915 -1918 bermunculan ratusan pabrik rokok kretek yang baru tidak hanya di Kudus tetapi juga di Semarang, Surabaya, Blitar, Kediri, Malang, dll. Mulai saat itu industri rokok di Kudus mulai berkembang pesat, pada tahun 1989 ada sekitar 32 unit usaha rokok. Dari sekian banyak perusahaan rokok, yang terbesar adalah PT Djarum (didirikan pada tahun 1951), PT Nojorono (didirikan tahun 1932), PR Sukun (tahun 1949), Jambu Bol (didirikan tahun 1937).

RUMAH ADAT

Nilai Filosofis Rumah Adat Kudus (Gebyok) Rumah Adat Kudus, yang menurut kajian historis-arkeologis, telah ditemukan pada tahun 1500 – an M, dibangun dengan bahan baku 95 % berupa kayu jati dengan teknologi pemasangan sistem “knock-down” (bongkar pasang tanpa paku). Merupakan seni ukir 4 dimensi dari perpaduan seni ukir Hindu, Persia (Islam), Cina, dan Eropa, dengan tetap ada nuansa ragam hias asli Indonesia. Keunikan Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik untuk dicermati adalah kandungan nilai-nilai filosofis yang direfleksikan rumah adat ini.
Bentuk ukiran dan motif ragam hias ukiran, misalnya: pola kala dan gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.
Tata letak rumah adat, misalnya arah hadap rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.

Tata ruang rumah adat
• Jogo satru/ruang tamu dengan soko geder-nya/tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah Ta’ala itu Tunggal/Esa dan penghuni rumah harus senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya
• Gedhongan dan senthong/ruang keluarga dengan 4 buah soko guru-nya. Tiang berjumlah 4 sebagai penyangga utama bangunan rumah melambangkan agar penghuni rumah menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia: amarah, lawamah, shofiyah, dan mutmainnah.
• Pawon/dapur
• Pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia membersihkan diri baik fisik maupun rohani.
• Tanaman di sekeliling pakiwan, misalnya pohon belimbing, yang melambangkan 5 rukun Islam, pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum/halal dan baik, bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku baik dan berbudi luhur, serta kesucian abadi.
• Amben Kudus: yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu sekaligus berfungsi sebagai tempat tidur.

PAKAIAN ADAT

Pakaian Adat Wanita
• Caping Kalo
• Baju kurung beludru
• Jarik/Sinjang Laseman
• Selendang Tohwatu
• Selop kelompen
• Aksesoris kepala dan leher yaitu sanggul besar dengan cunduk mentul berjumlah lima atau tiga buah, Suweng beras kecer atau suweng babon angkrem, kalung (sangsang) robyong berjuntai lima (5) atau berjuntai sembilan (9), menghiasi leher sampai dengan dadanya, kancing peniti dari keping mata uang: ece, ukon, rupih atau ringgit, gelang lungwi, cincin Sigar Penjalin.

Pakaian Adat Pria
• Blangkon gaya Surakarta
• Beskap Kudusan
• Jarik Laseman
• Selop alas kaki
• Ikat pinggang atau Timang
• Keris motif Gayaman atau ladrangan

Nilai Filosofis
• Caping Kalo: melambangkan manusia supaya mampu menutup telinga (nacapi kuping), terhadap suara-suara negatif yang merugikan kehidupan, sebab disana banyak segala kemungkinan (kae-lhoooooo [dalam bahasa Indonesia artinya: disana lho]) yang perlu diwaspadai. Caping kalo tutup kepala bentuknya bulat melambangkan bahwa setiap manusia wajib berpasrah diri secara bulat dan untuk kepada Sang Maha Pencipta, Allah Ta’ala.
• Kalung robyong berjuntai lima atau sembilan melambangkan bawalah kemana saja (kalungake; Jawa.) sebagai pegangan hidup yaitu lima rukun Islam, yang diajarkan oleh para wali di tanah Jawa (Wali Songo), tentang Iman dan Islam. Lakukanlah secara berobyong (kebersamaan seiman guna mencapai kebahagiaan dunia/akhirat).
• Kancing peniti berupa uang emas direnteng melambangkan bahwa manusia harus menghargai nilai-nilai iman sampai ke dalam relung hati, kancinglah (kuncilah/tutuplah) segala sesuatu yang biasanya menggoda hati manusia dan menghancurkan manusia. Terimalah dengan senang hati bila dihinakan (diece-kancing-ece), teguhlah kepada berbagai cita-cita mulia (rupi-rupi-pengarah-kancing rupiah Jw.), agar nilai hidupmu tetap bernilai tinggi, lebih tinggi dari uang ringgit emas di dadamu.
• Gelang Lungwi melambangkan Pagari dan ikatlah kedua tanganmu seerat dan sekuat tali lungwi, yaitu tali tampar yang terbuat dari kulit bambu apus agar tanganmu terkendali dan tidak terjerumus melakukan perbuatan tercela, yang meskipun secara lahiriah tampak menguntungkan, tetapi sebenarnya manusia tertipu (kapusan-pringapus). Berbuatlah engkau seperti elungnya uwi (pucuk jalur tanaman ubi), selalu merunduk meskipun berusaha berdiri. Kaum muda harus waspada karena masih hijau pengalamannya (pucuk elung uwi hijau muda), karena setiap kelengahan akan mudah patah (masih muda/lunak) dan kahirnya pasti merugi.
• Gelung Sanggul Bercunduk Mentul melambangkan janganlah mahligai dirimu tidak terawat, aturlah dengan kebulatan tekad pasrahmu dan sisipkan angan citamu perbuatan yang mikolohi serta cundhuk (sesuai) dengan mentul merunduknya imanmu. Jadikanlah tingkah lakumu yang membuat mentul, bijaksana serta adil.
• Keris pusaka melambangkan disengker cikben ora miris. Pusaka piyandel harus selalu melekat pada tubuh manusia, agar tidak mengalami keraguan atau ketakutan dan guna memperoleh ketenangan jiwa bawalah pusaka. Yang paling ampuh ialah kalimat syahadat. Janganlah manusia lepas dari kalimat syahadat karena bila terlepas bisa menghantarkan manusia ke neraka.Bersikaplah gagah kesatria, karena pusaka sudah melekat pada tubuhmu.
• Jam Gandul Berantai Emas jam melambangkan petunjuk tentang waktu, seharusnya tidak boleh menunda waktu ibadah lima waktu dimana saja, jaga aja nganti kesundhul (gandhul) wektu amarga kena godha rentengana ngoyak bondho (emas).Tegasnya demi waktu janganlah ibadah menjadi tertunda akibat terlilit oleh harta benda.
• Blangkon/ikat kepala memberikan peringatan kepada manusia agar bersikap lebih terbuka dan jangan suka memberi perintah kepada orang lain (blakblakan lan aja tukang sepakon atau blangkon). Lindungilah otakmu dari semua gangguan, ikatlah seerat mungkin tekadmu demi kebagusan (kebaikan).
• Suweng Beras Kecer/Babon Angkrem memberi peringatan kepada manusia agar jangan berbuat gegabah jangan tergesa-gesa berbuat meskipun dibakar oleh santer/kekerasannya suara dan informasi yang membangkitkan amarah. (Suweng = aja kesusu ngaweng/nyabet, sanajan beda laras, hammangkelake lan ngekecer wirang).Tutuplah telinga rapat-rapat dan redamlah suara negatif meskipun menyakitkan hati, karena semua cercaan, hinaan, cemoohan dan ejekan adalah pundi-pundi kebahagiaan.

ACARA ADAT

• Buka luwur merupakan upacara penggantian kain klambu penutup makam yang berlangsung tiap tahun. Upacara buka luwur diawali dengan penglepasan luwur lama dan dilanjutkan dengan pemasangan luwur yang baru. Upacara ini dirangkai dengan pengajian umum dan tahlil bersama.
- Buka luwur Sunan Kudus dilaksanakan setiap tanggal 10 Syuro
- Buka luwur Sunan Muria dilaksanakan setiap tanggal 16 Syuro
• Kupatan yaitu tradisi yang dilaksanakan pada hari ke 7 setelah Idul Fitri dengan keramaian hiburan rakyat mulai pagi sampai sore. Kupatan dilaksanakan di berbagai daerah antara lain di Bulusan Desa Hadipolo (Kec. Jekulo), Desa Kesambi (Kec. Mejobo), Sendang Jodo Desa Purworejo (Kec. Bae).
• Dandangan yaitu tradisi menyambut datangnya Bulan Romadlon/bulan puasa yang dilaksanakan di sekitar Menara Kudus. Puncak acara adalah pada malam 1 Romadhon.Masyarakat berkumpul di sekitar Masjid Menara Kudus untuk mendengarkan pengumuman dan bedug yang dipukul bertalu-talu sebagai tanda dimulainya ibadah puasa keesokan harinya. Banyaknya masyarakat yang berkumpul tersebut dimanfaatkan para pedagang kecil dan mainan anak-anak untuk menjajakan dagangannya.
• Ampyang Maulid merupakan salah satu acara tradisional yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ampyang dilaksanakan di Desa Loram Kulon Kecamatan Jati. Berdasarkan cerita, ampyang adalah sejenis krupuk bentuk bulat dan beraneka warna yang dijadikan hiasan tempat makan dari bambu (didalamnya terdapat nasi dan lauk pauk) diusung ke Masjid Wali At Taqwa Loram Kulon.

PENGANTIN ADAT

Pakaian pengantin tradisional adat Kudus dapat dilihat seperti gambar dimana pengantin pria mengenakan busana hajj (busana ala syeh dari bangsawan quraisy). Dalam adat pernikahan Kudus ada beberapa tahapan untuk melaksanakan ikatan pernikahan.

• Jomblangan: tahap penjajagan
• Nontoni: memberi kesempatan kepada jejaka untuk melihat gadis yang akan dijodohkan
• Nakokno: menanyakan apakah si gadis mau dijodohkan
• Lamaran: peresmian pertunangan
• Ater Tukon: penyerahan mas kawin dan penentuan hari perkawinan
• Upacara pernikahan: siraman pengantin, jonggolan, kembang mayang, akad nikah, ngundhuh penganten, ondrowino/walimah dengan gelar seni tradisional
• Mbesturokno: mengantar pengantin ke rumah mertua
 Agenda Lamaran: menggambarkan penyerahan tanda ikatan resmi dari pihak pria kepada pihak wanita bahwa anak gadis tersebut telah ada yang mengikat. Dalam agenda lamaran terdapat upacara Asok Tukon atau penyerahan mas kawin sebagai penganti nilai anak gadis dan penentuan hari perkawinan.
 Agenda Midodareni: dimulai dengan kesibukan di rumah calon Pengantin puteri, menghias dan mengatur pelaminan serta persiapan lain dalam rangka hari pernikahan.
• Upacara Midodareni: dipimpin oleh juru rias pengantin
• Memandikan calon pengantin puteri
• Melulur dan meng-halub-halubi calon Pengantin Puteri
• Memotong rambut sinom, dan rias midodareni
• Kunjungan calon Pengantin Pria beserta rombongan serta serah terima sesaji (kembang mayang): upacara jonggolan
 Agenda Akad Nikah dan Ondrowino (Ngundhuh Pengantin): Upacara akad nikah dilaksanakan sesuai dengan Syariat Islam yang dipimpin oleh Naib/KUA dan biasanya bertempat dikantor KUA atau Mesjid sesuai dengan status sosial keluarga Pengantin. Dalam pelaksanaan akad nikah selesai Pengantin Pria di arak menuju ke rumah Pengantin Puteri. Perjalanan Pengantin diiringi dengan irama terbang Jidur, Rebana dan Barongan lengkap dengan Gegar Mayang-Bendera Rontek-Umbu-umbul.
Setelah sampai di halaman rumah Pengantin Putri diadakan upacara:
• Serah terima ayam jago (adon-adon) yang didahului pencak silat antara “Jagoan Keluarga Pengantin Putri Melawan Jagoan Keluarga Pengantin Pria”
• Temon Pengantin
• Membuka cadar Pengantin Putri oleh Pengantin Pria disaksikan para orang tua (pinisepuh)
• Ondrowino berupa pegelaran seni: Samroh, Rodat, Terbang Jidur
• Setelah acara selesai dirasa cukup, Pengantin sekalian diboyong ke rumah Pengantin Pria diiringi para sanak keluarga sesuai dengan nilai-nilai adat dan tradisi Kudus.

TARIAN ADAT

• Tari Kretek: menggambarkan proses pembuatan rokok kretek tradisional. Penampilannya meliputi:
- Menyiapkan bahan baku
- Mencampur tembakau, cengkih dan saus
- Melinting rokok
- Merapikan rokok (mbatil)
- Mengemas rokok
- Memasarkan hasil produksi
• Tari Terbang Papat: menggambarkan kebahagiaan muda mudi
• Tari Cendono Cendani: menceritakan asmara dan cinta antara si kembar Cendono Cendani

BATIK KUDUS

Industri batik Kudus pada awalnya diproduksi secara home industri pada tahun 1800 M. Pusat produksi batik di Kawasan Kudus Kulon (Kudus bagian barat). Sesuai dengan sosiokultural yang berlaku pada masa itu bahwa gadis-gadis Kudus Kulon dalam menjalani kehidupannya dipingit oleh orang tua mereka. Untuk mengisi waktu, gadis-gadis tersebut diajari membatik. Selain Rama Kembang, Beras Kecer dan Alas kobong, motif kapal kandas merupakan motif yang digemari para pembeli. Nama kapal kandas terinspirasi pada bangunan rumah kuno berbentuk kapal (omah kapal). Batik Kudus memiliki corak yang dominan berwarna hijau. Ciri dan corak khusus inilah yang membedakan batik Kudus dengan produksi batik daerah lain.

Makanan Khas

• Sate Kerbau
• Soto Kudus: soto di Kudus terkenal hanya dua macam, soto ayam dan soto kerbau. Berbeda dengan soto-soto lainnya, soto kudus cenderung berasa manis dan sedikit lebih encer, dan merupakan kesalahan yang mengaku Soto Kudus (banyak di kota-kota besar) tapi dengan daging sapi itu bukan khas dari Kudus.
• Jenang Kudus
• Lentog Tanjung
• Nasi Pindang
• Phutu Bumbung
• Gula Abang Tumbu


[@Bazar Wisuda KMKS Januari 2011 di Kampus III IAIN Walisongo Semarang, Kamis Kliwon, 22 Shafar 1432 H/27 Januari 2011 M]

[published by KMKS IAIN Walisongo Semarang]

kmkswalisongo@gmail.com

http://kmkswalisongo.wordpress.com/

http://kmkswalisongo.blogspot.com/

By: Admin

GEBYAR BAZAR WISUDA KMKS SHAFAR 1432 H/JANUARI 2011 M


Gebyar Bazar Wisuda KMKS Shafar 1432 H/Januari 2011 M dilaksanakan pada Kamis Kliwon, 22 Shafar 1432 H/27 Januari 2011 di depan Perpustakaan Institut kampus III IAIN Walisongo Semarang. Adatnya, wisuda di IAIN Walisongo Semarang memang selalu dimeriahkan oleh berbagai organisasi yang ada di sana. Salah satunya adalah KMKS IAIN Walisongo.

Berdampingan dengan stand KMJS Walisongo di sebelah barat stand KMKS dan pusat fotografi di timur stand, KMKS IAIN Walisongo membuka stand yang menjual Soto Kudus, Jenang Asli Kudus dan aksesoris khas Kudus. Walaupun sederhana, namun semangat untuk mengikuti bazar terlihat di wajah para sedulur KMKS. Baik pengurus, warga, senior maupun para sedulur KMKS hadir di sana.

Acara ini dimulai pukul 08.30 WIB walaupun acara wisuda di Auditorium II kampus III IAIhttp://www.blogger.com/img/blank.gifN Walisongo Semarang baru dimulai pukul 09.00 WIB. Hanya ada beberapa wisudawan asal Kudus yang berkunjung ke stand. Dari Kudus ada sekitar 10 wisudawan pada semester ini, enam dari Fakultas Tarbiyah dan empat dari Fakultas Syari’ah. Hal ini dikarenakan ada yang ikut di organisasi lain, sudah ditunggu keluarga dan memang sebagian pengurus dan/atau ada yang kurang/tidak begitu mengerti.

Bazar ini selesai pada pukul 14.00 WIB dimana para wisudawan maupun yang lainnya sudah kembali ke tempat masing-masing. “Pada periode kemarin, KMKS IAIN Walisongo hanya mengadakan penjemputan dan baru pertama kali inilah kita mengadakan bazar”, kata Risda Umami selaku koordinator Departemen Kewirausahaan ketika membantu penjual Soto Kudus. Selamat dan sukses atas diwisudanya kakak-kakak asal Kudus. Semoga diberi kemudahan dalam proses selanjutnya dan selalu dilimpahkan rahmat oleh Allah Ta’ala. Amin.

By: Admin

Selasa, 25 Januari 2011

PELANTIKAN DAN RAPAT KERJA PENGURUS KMKS IAIN WALISONGO PERIODE 2010-2011

Pagi yang kurang cerah menyelimuti udara kota Kudus pada Sabtu Kliwon, 17 Shafar 1432 H/22 Januari 2011. Terlihat dari jauh, pukul 08.45 WIB sekitar Masjid Agung Alun-alun Kudus dipenuhi oleh kendaraan pribadi yang parkir di depan masjid. Tampak pula sedulur-sedulur KMKS yang sedang menunggu yang lain berkumpul untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah Firman Ubaidillah Desa Colo 4/1 Dawe Kudus. Disanalah Pelantikan dan Rapat Kerja Pengurus KMKS IAIN Walisongo Periode 2010-2011 akan dilaksanakan.

Dengan kendaraan roda dua, para rombongan sampai di Colo pada pukul 10.30 WIB dan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan pukul 11.15 WIB. Hujan yang mengguyur sebagian kota Kudus pun memaksa para pembimbing yang akan melantik kepengurusan terlambat datang sehingga dilanjutkan dengan pra raker. Pukul 14.24 WIB acara pelantikan dilaksanakan dengan pembacaan janji setia pada KMKS IAIN Walisongo dan diikuti oleh semua pengurus. Setelah itu adalah “Leadership and SWOT Analysis” yang disampaikan oleh sedulur Syariful Anam, S. Th. I pada pukul 14.53 WIB dengan durasi waktu dua jam. Kepemimpinan dan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman ini diikuti oleh pengurus dengan sangat antusias. “Kadang kita merasa ada di dalam organisasi, tapi kadang kita malah menjauh darinya. Itulah yang kadang menjadikan seseorang belum menemukan jatidiri organisasi yang sebenarnya. Komunikasi yang baik, pendanaan, sosialisasi, informasi dan potensi SDM merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam organisasi itu sendiri” terangnya dalam menjawab dan menanggapi pertanyaan dari para peserta.

Pukul 16.45 WIB, acara dilanjutkan dengan istirahat, sholat dan makan malam. Kemudian setelah itu adalah presentasi dari masing-masing departemen hingga pukul 22.56 WIB yang diakhiri dengan rapat pembentukan kepanitiaan Gebyar Bazar Wisuda KMKS 2011 dengan ketua Mahfudz Siddiq.

Pada pagi harinya, Ahad Legi, 18 Shafar 1432 H/23 Januari 2011 M, tepatnya pukul 09.30 WIB adalah tabarrukan ziarah ke makam Raden Umar Sa’id Sunan Muria yang sempat tertunda dikarenakan hujan yang mengguyur sepanjang pagi hari. Sampai di makan pukul 10.30 WIB dan dilanjutkan dengan tahlil bersama yang dipimpin oleh Muhammad Akmaluddin. Pukul 10.50 WIB setelah selesai tahlilan, para pengurus berpose bersama di depan masjid dan langsung turun ke bawah. Setelah sampai di rumahnya Firman, maka para pengurus pun bersiap-siap untuk pulang dan berpamitan dengan tuan rumah pukul 12.15 WIB. “Acara ini dihadiri 32 pengurus KMKS dan alhamdulillah dapat berjalan dengan lancar atas partisipasi dan antusias yang tinggi dari para pengurus”, kata Fachri Hakim selaku ketua panitia. “Setelah ini, kita akan membesuk sedulur Maslikhah yang sedang sakit di rumahnya di Honggosoco 03/05 Jekulo Kudus” katanya sebelum meninggalkan Colo, Muria. Selamat dan Sukses!!!

By: Fachri Hakim

Senin, 03 Januari 2011

Perlu Keteladanan untuk Peningkatan Kinerja

Penulis : TIM HUMAS, 03 Januari 2011, 09:30:21
Pelaksaan Upacara dalam rangka Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama RI yang diselenggarakan IAIN Walisongo pada hari Senin (3/1) tampak berbeda dengan upacara peringatan seperti biasanya. Ada yang istimewa dalam upacara yang digelar di halaman kampus I IAIN Walisongo ini, yaitu para petugas upacara, mulai dari pemimpin upacara, pengibar bendera, pembawa acara dan petugas lainnya, semuanya dari unsur pejabat, termasuk komandan pleton yang biasanya dilakukan oleh para satpam, semua dilaksanakan oleh para Kepala bagian dan Kepala Sub Bagian, sementara bertindak sebagai pemimpin upacara adalah Kepala Biro AUAK, Drs H Satriyan Abd Rahman.

Keberadaan para pejabat yang dijadikan sebagai petugas upacara ini diaharpakan disamping sebagai pembuka yang baik di awal tahun 2011, juga dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk keteladanan dalam memberikan pengabdian kepada Negara dan pelayanan kepada semua pihak yang terkait.

“Dalam melakasanakan tugas, kita harus mengedepankan pelayanan serta pengabdian kepada bangsa dan Negara dan juga senantiasa mengharap ridlo Allah SWT sebagai bentuk amal ibadah kita, sehingga akan tercipta kinerja yang optimal”. Demikian tegas Pgs Rektor IAIN Walisongo, Prof Dr H Muhibbin MAg dalam salah satu isi amanatnya.

Beliau juga menambahkan bahwa untuk meningkatkan kwalitas kinerja dan pelayanan, maka diperlukan keteladanan dari unsur-unsur pimpinan yang ada di Kementerian Agama, khususnya di lingkungan IAIN Walisongo, dan ini dinilai sangat efektif.
Disamping itu dibacakan pula sambutan Menteri Agama RI oleh Pgs Rektor yang menjadi Pembina upacara. Dalam sambutannya, Menag mengajak kepada seluruh keluarga Besar Kementerian Agama untuk setidaknya melakukan tiga hal, yakni Pertama, peningkatan wawasan keagamaan yang dinamis. Kedua, penguatan peran agama dalam pembentukan karakter dan peradaban bangsa. Ketiga, peningkatan kerukunan umat beragama dalam membangun kerukunan nasional.

Diharapkan pula adanya optimalisasi fungsi agama sebagai landasan etik atau moral bagi pembangunan, perlunya peningkatan pemahaman dan perilaku keagamaan yang seimbang, moderat dan inklusif, perlunya mewujudkan keshalihan sosial sejalan dengan keshalihan ritual.

Upacara yang dilaksanakan mulai pukul 07.00 WIB ini diikuti oleh seluruh keluarga besar IAIN Walisongo dengan hidmat. Di dalam upacara tersebut terdapat pemberian penghargaan Puslit Award terhadap Penelitian Dosen terbaik tahun 2011, dengan judul “Pengelolaan Wakaf Tunai” diberikan kepada Dr Muhyar Fanani MAg.
Seusai upacara, dilanjutkan dengan ramah tamah sebagai penutup kegiatan untuk menambah keakraban dan kebersamaan antar sesama.

From: IAIN Walisongo

KEGIATAN KHUSUS

Oleh Admin, 13 Oktober 2010, 09:49:44

A Kuliah Umum :
1. Pembukaan Kuliah Tahun Akademik 2010/2011 30-Agust-10
2. Pembukaan Kuliah Semester Genap 2010/2011 28 Pebruari 2011
B Wisuda Sarjana Ke- 57 (SEMESTER GENAP)
1. Akhir Munaqasyah 30-Jun-10
2. Akhir Penyerahan Daftar Alumni 12-Jul-10
3. Akhir Penyerahan Ijazah 23-Jul-10
4. Akhir Penyerahan Daftar Wisudawan 23-Jul-10
5. Upacara Wisuda ke 57 29-Jul-10
C Wisuda Sarjana Ke- 58 (SEMESTER GASAL)
1. Akhir Munaqasyah 31-Des-10
2. Akhir Penyerahan Daftar Alumni 07-Jan-11
3. Akhir Penyerahan Ijazah 24-Jan-11
4. Akhir Penyerahan Daftar Wisudawan 24-Jan-11
5. Upacara Wisuda Ke 58 27-Jan-11
D Dies Natalis ke 41 06-Apr-11

From: IAIN Walisongo

KEGIATAN AKADEMIK SEMESTER GENAP TAHUN 2010/2011

Oleh Admin, 13 Oktober 2010, 09:52:14

1 Pendaftaran Ulang 01 – 11 Pebruari 2011
2 Masa Permohonan Cuti Akademik 01 – 11 Pebruari 2011
3 Pengumuman Jadwal Kuliah 15 Pebruari 2011
4 Pengambilan Formulir Rencana Studi 14 – 15 Pebruari 2011
5 Perwalian 14 – 15 Pebruari 2011
6 Pendaftaran Mata Kuliah 21 – 25 Pebruari 2011
7 Pembuatan Daftar Kelas Tetap dan Daftar Hadir 28 Pebruari – 1 Maret 2011
8 Masa Kuliah dan Masa Tes 28 Pebruari – 15 Juli 2011
9 Yudisium/Pengambilan HSS. 10 – 12 Agustus 2011
10 Kuliah Kerja Nyata Reguler April – Mei 2011
11 Kuliah Kerja Nyata Non reguler Sesuai dengan kebutuhan

From: IAIN Walisongo

Awal Menapaki Tahun Baru 2011 M

Awal tahun baru merupakan sebuah awal harapan bagi mayoritas orang yang ada di dunia ini. Namun, ada sebagian yang merasakan kepahitan dan kegetiran di awal tahun ini. Mereka yang ingin merasakan nikmatnya bangku sekolah dan kuliah, tetapi tidak bisa mempunyai kesempatan tersebut. Mereka yang ingin hidup dalam satu atap rumah bersama keluarga, tetapi rumah mereka baru saja terkena musibah. Mereka yang ingin kuliah seperti mahasiswa yang lain, tetapi terkendala finansial. Merekalah yang menjadi cerminan bagi kita bahwa betapa besarnya karunia Allah Ta’ala pada tahun kemarin dan pada awal tahun ini. Kita masih diberi kesempatan untuk merasakan apa yang menjadi harapan dari mereka tanpa kita mengharapkannya. Masya Allah!

Sungguh, ber”giga” nikmat yang telah kita rasakan, tapi ber”tera” dosa telah kita jalankan. Kenikmatan yang telah diberikan kepada kita melalui kesempatan dan kesehatan telah kita balas dengan kedurhakaan kepada orang tua dan ke”dosa”an kepada Yang Menciptakan kita. Tapi Dia memang menciptakan hal tersebut, yang berbuat baik akan mendapatkan ‘asyru amtsaalihaa sedangkan yang enggan berbuat baik akan mendapatkan amtsaalihaa. Hal tersebut merupakan sepersekian karunia kepada hamba-hamba-Nya.

Tidakkah kita menyadari akan hal tersebut? Ya, kita sadar bahwa kita tidak menyadari hal tersebut. Hal yang akan menjadikan kita lebih baik bahkan tidak kita sadari bahwa hal tersebut benar-benar baik. Yang kita ketahui hanyalah yang enak-enak saja, bukan yang baik-baik saja. Yang enak belum tentu baik, yang baik juga belum tentu enak tetapi akan memberikan sesuatu yang enak dan baik suatu saat.

Mari kita sadar, bangkit dan segera membaikkan diri kepada sesama, alam dan Tuhan. Allah Ta’ala tidak akan memaksa kita melakukan ini dan itu. Tapi dengan sunnatullah itu yang menjadikan kita bagaimana dan apa, suatu hukum sebab-akibat di dunia ini: if ye did well, ye did well for yourself; if ye did evil, (ye did it) against yourself (jika kamu baik, maka kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri; dan jika kamu berbuat kurang baik, maka kamu akan merasakannya). Ingat: tujuan kita dari rumah bukanlah untuk bersenang-senang disini dan sekarang, tapi untuk bersenang-senang disana dan dikemudian nanti.

Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan apa yang tidak kami minta. Terima kasih ayah ibu, kalian telah memberikan apa yang terbaik bagi kami. Terima kasih guru, kalian telah menyuburkan jiwa kami. Terima kasih teman-teman, kalian telah membimbing ke jalan yang benar. Terima kasih waktu, kami masih bisa menikmati dan merasakan indahnya 2011 M.

By: Admin